PDA

View Full Version : Nyambung bahasan Sili, Tiluk, atau Deler



javano
25-01-2008, 13:38
Salam kenal utk semua teman di FF...
Aku tertarik dgn bahasan ikan tiluk, sili, dan beragam namanya sesuai daerah. Maaf Pak Moderator jika posting ini salah posisi atau gmn. Maklum blm paham banget tatacara posting.
Aku dibesarkan di sumatera, tepatnya di kota lubuklinggau, sumatera selatan. Sedari kecil aku sangat akrab dgn ikan ini karena sering menjadikannya sebagai target memancing. :p
Ada teknik khusus untuk memancingnya. Caranya:
Persiapan:
A. Alat pancing:
1. Kita ambil lidi dari daun enau (yang buah menjelang tuanya dijadikan kolang-kaling, kalau lidi daun kelapa terlalu kecil dan pendek hingga mudah hilang).
2. Buat coakan di bagian pangkal lidi.
3. Rangkai dulu mata pancing ukuran kecil dengan senar monofilamen ukuran sekitar 0,22 mm.
4. Ikatkan rangkaian pancing itu dalam coakan yg sudah dibuat, sisakan panjang senar dan mata kail sekitar 5 cm. Kalau terlalu panjang mudah putus dan nyangkut.
5. Buat beberapa buah (kalau aku dulu paling sedikit buat 10 pancing utk setiap orang).
6. Di bagian ujung lidi yg mengecil (bagian atas) kita ikatkan pita atau plastik atau robekan kain memanjang agar pancing mudah ditemukan lagi saat digunakan.
7. Siapkan kain bekas, kaus bekas, atau kalau males bawa, ya nanti pakai aja kaos yang sedang dipakai. :D
B. Umpan:
Aku dulu selalu pakai cacing merah, yg diperoleh di daerah berhumus, atau dekat comberan (tp bukan cacing gila yang gede yg berwarna merah kehitaman yg suka meronta-ronta).
C. Cara memancing:
• Sungai di tempat biasa aku mancing berair sangat jernih dan berbatu-batu juga bersemak-semak di tepiannya. Nah, spot mancing kita di sela-sela bebatuan baik batu yg kita duduki atau batu-batu relatif besar yg ada di dalam sungai juga di sela-sela semak berair di pinggiran. Selipkan saja lidi yang sudah berumpan ke dalam liang2 batu, semak2 berair. Posisikan pancing sedemikian rupa agar jangan sampai hanyut, bisa dengan cara memasukkannya sampai pangkalnya menyentuh dasar batu atau tepian sungai tp umpan harus terendam air. Sasaran kita lebih menyukai tempat yg airnya mengalir krn menunggu mangsa yang lewat.
• Biasanya, belum sampai aku menancapkan semua pancing, tiluk sudah menyambar umpan. Mudah membedakan antara gerakan lidi karena arus dan diembat tiluk. Gerakan tiluk yg hook-up akan terlihat pada gerakan lidi yang tak beraturan dan berputar-putar. Tak udah digentak, cukup angkat dengan perlahan agar tidak putus karena tiluk biasanya berusaha melepaskan diri dengan meronta atau melilitkan diri di sela2 bebatuan atau semak2.
• Angkat tiluk dan letakkan dalam lipatan kain kaus bekas atau kain bekas. Tekan dan cari posisi kepalanya masih dalam lipatan kain. Gigit kepalanya. Setelah mati, baru kita lepaskan kailnya karena melepas kail dari ikan tiluk yang masih hidup sama saja mencari penyakit. Duri punggungnya sangat tajam dan bisa melukai. Selain itu, kayak mission impossible megang tiluk sewaktu hidup krn sangat licin.
• Cara lain melepasnya kail, lemparkan ke daratan atau ke bebatuan sampai tiluk agak lemas atau mati.
• Buatlah tempat mengumpulkan target yang terpancing dengan seutas senar atau rafia. Setiap kali dapat, renteng tiluk dengan menusukkan ujung renteng melalui ingsangnya tembus ke mulut.
• Setelah tidak ada sambaran, cari spot baru. Biasanya dilakukan dengan berjalan terus di dalam air menyusuri sungai.

Dulu aku biasanya mancing dapat puluhan, rata2 40 ekor, dan itu sudah jauh dari cukup utk teman makan. Kalau kata temen2 tiluk makan bangkai, ya mungkin saja. Tp aku blm pernah nemuin langsung tiluk menyantap bangkai. Yang aku tau, tiluk berburu hewan-hewan kecil termasuk udang sungai, berudu, dll. Sebaiknya kita gak usah mikirin target kita makan apa, hehe. Gak usah jauh2lah, sebagian kecil ikan emas, gurame, lele dikembangkan di mana? Pasti ada yg sekalian dengan jamban di atas empangnya walau tak semua begitu. Atau ikan lele yg diberi makan bangkai. Kita tak tau. Tp enjoy ajalah. Klo kita mikir macem2 malah gak jadi makan. 
Yang jelas tiluk enak sekali. Jauh lebih enak dibandingkan belut. Mungkin karena dia binatang aktif dan cenderung di air deras.

Kalau aku perhatikan, emang ada ber-macam2 jenis keluarga tiluk, sili, deler, dll. Secara kasar, di sumatera dibagi dua. Tiluk (sili, deler) dan Tilan. Tilan seperti tiluk namun jauh lebih besar dengan warna dan pola tubuh berbeda. Aku pernah melihat sendiri ukurannya sebesar pergelangan lengan orang dewasa dengan panjang lebih dari setengah meter.

Inilah teman2 semua pengalamanku ketika masih di sumatera. Nanti akan aku sertai dengan foto2nya. Semoga ketemu dan jelas alias fokus.

Maaf jika ada kata2 yang tidak berkenan di hati teman2. Aku tak bermaksud apa2 selain bercerita.

Salam FF

hampala
25-01-2008, 15:22
Bagus Mas uraian'nya. Jd tambah pengetahuan. Yg ada di sekitar sy memang deler itu aja. Nah kalo di Sumatra ada spesies2 yg sejenis wah bagus sekali kalau disertai foto. Jd ga cuman mancing wader aja kita mancing di small creek. Thx.

Plojo
25-01-2008, 15:57
Nice posting..
Di banyumas tuh ikan namanya ikan sili. Cuman sekarang dah gak pernah liat lagi tuh ikan, di pasar pun dah jarang keliatan. Sekitar 20 tahunan yg lalu, di sungai deket rumah masih sering tuh ikan kena kail.
Duri atasnya bahaya bgt kalo nancep di kulit, kaya di patil ikan lele. Sakit bro..
Di jawa tp daerah lain msh byk gak yah ikan ini??
Termasuk enak kok jenis ikan ni

javano
25-01-2008, 17:23
Betul mas arif...
Durinya dapat melukai tubuh kita, aku sering kena, tp lbh sakit kena patil lele lokal :D. Walau klo aku kena patil ga sampe demam, cuma sakitnya hmmmm. Darah harus dikeluarkan dari luka tusukan agar rasa sakit tak berkelanjutan dengan memijit-mijit di sekitar bagian yg terpatil.

Ehmm, aku sebenarnya sedih, 3 tahun yg lalu aku membawa teman dari jakarta rencananya mau ngenalin cara mancing tiluk. Dapat kecil2, gak seperti biasanya yang aku dapat. Apa tiluknya diet, pikirku :). Apalagi tiluknya gak serame biasanya saat dipancing. Dari kejauhan aku denger suara mendengung. Gak taunya ada yg bawa alat penyetrum. SIALAN! KAMPRET! Sejuta topan badai. Benar2 membuat geram. Kenapa ya gak dihukum aja tuh penyetrum ataupun peracun ikan yg menggunakan potasium atau jenis racun lainnya? Mereka hanya mementingkan diri sendiri dan gak berpikir jauh ke depan. Pengennya hasil banyak tp jauh lebih banyak membunuh benih2 ikan dan ikan yang tak terambil di sepanjang aliran sungai.

Tahun lalu aku pulang kampung lagi. Aku sempatkan mancing tiluk. Tp mancingnya hanya sambil lalu, alias mancing sepulang dari huma kakak atawa nengok kebon. Nah, saat pulang sambil mandi-mandi kami mancing. Mancing hanya setengah jam di satu lokasi aja, dan dapat 3 tiluk, 1 ikan kepiat satu lagi kepiul. Aku sangat senang karena alam tempat aku dibesarkan ternyata masih menjanjikan. Tp ya tiluknya masih kecil2. Masa selisih 2 tahun gak tambah gede? Atau jangan2 dah berubah kecil krn sulitnya mencari makan? Atau karena masih sering diracun atau disetrum? Aku blm sempat menemukan jawabnya.

Sebenarnya ada satu cara lagi mancing tiluk yang jauh lebih mudah dan efektif, tif, tif :D. Bawa aja kacamata selam. Nah, sambil memegang pancing kita menyelam atau SLULUP :). Kita cari lubang2 di antar bebatuan atau di bawah bebatuan. Klo ada kepala mencungul dari dalam dengan bagian ujung hidung spt salib, itu dia tiluknya. dekatkan aja pancing ke mulutnya asal jgn sampai menyenggol kepalanya dengan pangkal lidi krn ia akan lari. 99 persen umpan disambar MAK LEB!! Tinggal diangkat pelan2, gigit kepalanya, lepaskan dan berburu lagi.

Cara lainnya lagi (gak saya golongkan mancing) adalah dengan menombaknya memakai alat harpun kecil. Di sumatera, harpun dibuat dari kayu meranti atau merbau. Buatannya sangat bagus, halus, dan mirip senapan dgn pelatuknya. Harpunnya dibuat dari kawat ukuran diameter sekitar 3 mm, di bagian pangkalnya ada coakan untuk menahan karet pegas. Untuk target ikan besar, ujung harpun akan diberi seruit yg bagian seruitnya terikat senar pada gulungan senar di samping senapan harpun. Jadi jika ikan kena harpun, hanya seruitnya yang menancap. Ikan dibiarkan lemas karena meronta baru ikan ditarik ke daratan. Tp untuk tiluk tak perlu memakai seruit, cukup harpun polos tapi berujung tajam. Biasanya tiluk akan kena harpun di bagian bawah kepala krn yang nongol kepalanya.

Fotonya menyusul mas sony. Betul, mancing dgn target khusus memang mengasyikan. Apalagi ada kenangannya. Saya dulu kalau mancing mulai jam 9 pagi sampai jam 4 sore. Nah, sebagian besar waktu kita ya kungkum dalam air entah sebatas dengkul, pinggang atau leher :). Kalau gak biasa mungkin masuk angin krn baju gak kering2 n tetap dipakai.

Ikan wader kepek di sumatera disebut ikan tanah, wader pari disebut seluang. Seluang ada dua: seluang biasa dan seluang mandul (bisa sebesar jempol tangan orang dewasa).

Sip! Mari kita mancing n peduli lingkungan.
Salam FF

Plojo
26-01-2008, 12:00
kalo lele lokal emang mantap tuh patilnya,,bisa demam bro kalo kena..
mas javano, kalo ikannya diet kayanya sih gak mungkin yah?? Hihihihi..
Yg paling reasonable ya dipotas ma disetrum, so ikannya ga gede2..
Terus terang saya blm prnh bener2 khusus mancing sili, cuman pas lagi mancing wader trs dpt sili. jadi gak tahu bgt kebiasaan ikan sili. Jarang sih ikan sili didaerahku. Setahuku ikan sili cuman sering masuk tebing or sela batu, trus mancingnya pas air jernih bgt.

javano
26-01-2008, 12:56
soal lele lokal sebenernya kasian ya mas. Kalah sama lele dumbo yg mudah berbiak dan tak butuh waktu lama. Moga2 gak semakin terdesak n akhirnya punah entah krn disepelekan, kena racun, dll.
semoga peneliti Indonesia mau ngurusin ikan-ikan lokal yang terpinggirkan.

Semoga orang2 lebih peduli terhadap lingkungan dan ekosistemnya. Kadang demi alasan praktis dan mungkin proyek (cipratannya), orang2 yang tak berpikir jauh ke depan, bisa saja meluruskan sungai yang membelah desa atau di persawahan dan hutan dengan semen (membuat turap).
Nah, di mana ikan2 akan mencari makan jika kiri kanannya semen, di mana mereka mau bertempat tinggal? Di mana mereka akan bertelur?

Dulu sebelum diturap, sungai masih berkelok, masih ada kedung, masih ada rerumputan air di tepian sungai dan bebatuan tempat ikan memijah. Dulu kita bisa dapat ikan gabus, betik, hampala, wader, bader, dll, juga udang sungai. Sekarang?? Mereka pergi karena ulah manusia.
Sili di sumatra bisa dipancing pas air keruh dan jernih, mas. Malah kalau sedikit kerus, sili galak. Di tempat mas harus saat air jernih mungkin krn lebih mudah liat liang atau lubang di bebatuan atau di pinggir sungai.

candra
26-01-2008, 13:03
Uraian yg menarik bro,
Kawan2 saya masih sering dapat ikan ini di sungai2 sekitar Cianjur, tentunya kalau sedang tdk ada yg membuang racun ke sungai.
Kalau ada yg meracun, harus tunggu setahun lebih agar bisa mancing lagi, sedih ya....

javano
26-01-2008, 14:52
Uraian yg menarik bro,
Kawan2 saya masih sering dapat ikan ini di sungai2 sekitar Cianjur, tentunya kalau sedang tdk ada yg membuang racun ke sungai.
Kalau ada yg meracun, harus tunggu setahun lebih agar bisa mancing lagi, sedih ya....

Maaf mas chandra, maksud mas lele lokal apa sili? Apa dua2nya dah jarang di cianjur?

Betul, mencari ikan dgn cara 'tidak halal' (potas, jenu, racun lainnya) sebaiknya dipupuskan dari kebiasaan masyarakat kita yang maunya instan namun SANGAT MERUSAK kelestarian alam. Mungkin suatu saat, menjala ikan, memasang jaring, atau alat tangkap masal di perairan alam (bukan budidaya)juga sebaiknya dilarang agar ada keseimbangan antara yg dipancing :) dan yang berkembang biak. Tp melarang aktivitas menjaring dan menjala mungkin susah, apalagi kalau itu sudah menjadi pekerjaan keseharian mereka, kecuali mereka punya atau ada peluang kerja di bidang lain.

Sewaktu kecil saya pernah diajak teman2 yg sudah dewasa meracun ikan dengan potasium. Ikan yg didapat memang banyak, tp jauh lebih banyak yg tak sempat diambil, mati membusuk, sepanjang aliran sungai itu. Semua mati, telur2 ikan, anak-anak ikan, udang, semua. Menyedihkan. Lagi pula, ikan yg diperoleh dengan meracun tidak seenak hasil pancingan atau ditangkap secara wajar.

Mari kita berusaha bersikap postif terhadap lingkungan. Kita perangi cara2 instan yang merusak lingkungan, termasuk menyetrum. Mari kita sadari ini dari diri kita masing-masing dan kita tanamkan ke anak-anak kita, saudara, dan siapa pun juga semampu kita. Harapan kita, sungai2 setidak-tidaknya bisa berpenghuni lagi. Dan kita bisa tetap terus mancing sampai anak cucu kita.

Amin

Plojo
26-01-2008, 22:11
Kalo ikan lele lokal,betok,wader sih didaerahku msh lmyn byk. Kmrn pas taun baru, main ke jogja jg sempet mancing malem di sungai jl wonosari, diajakin temen. Dapetnya ikan lele lokal juga.
Iya kali, pas keliatannya kan sili pas jernih,jadi mancing sili enaknya pas air jernih. Kalo potas n setrum msh terus ada terus, mo gimana generasi berikutnya bisa mancing di alam bebas?
Kalo dirasain, mancing di alam bebas kan keasyikannya jauh bgt dibanding kita mancing di kolam (bukannya nyindir angler yg suka mancing kolam lho,, orang aku juga kadang mancing di kolam). Pa lagi kalo kita nemu spot yg asyik n masih alami,,puas bgt rasanya. Cuman kita dah jarang bgt dapetin ikan gede khusunya di fresh water. Gimanapun kesadaran hrs dimulai dari kita sendiri.

candra
26-01-2008, 23:20
@Louis :
Kalau tak salah masyarakat sekitar menyebutnya ikan 'sili' dgn nama 'arelot' (atau berod ya??lupa).

Lele lokal sdh sangat jarang kami temui, walau masih terdapat keluarga ikan bermisai lainnya spt baung, keting, kebo gerang, dan beberapa jenis yg tak saya ketahui namanya.

Dulu di alur sungai Citarum ada sejenis ikan lele raksasa yg lazim di sebut ikan 'LIKA' oleh orang setempat, namun kemungkinan ikan ini juga sudah punah. Sama seperti nasib ikan 'KANCRA' dan 'TAWES'.

Di sebeberapa daerah ada kebiasaan sebagian warga/tetua yg menjadikan potas sebagai cara ampuh untuk 'membeli' pengaruh, mereka memodali warga membeli potas dan meracun sungai beramai2 dgn warga sekitarnya. Dan bisa menjadi agenda rutin tahunan. Kalau yg begini ini siapa yg berani melarang????

Lagi pula peredaran potasium cyanida masih demikian "bebas" walaupun ada UU yg ketat melarang peredarannya, prediksi saya peredaran barang haram ini mencapai ratusan ton/tahun di Indonesia, bisnis besar yg menggiurkan untuk mereka yg memperdagangkannya.
Masyarakat dapat dgn mudah membelinya di toko2 bahan bangunan dan toko pertanian di desa2.

(Tanya kenapa : dgn peredaran bom ikan, air raksa, potas, dll, semua brg ilegal, beking???)

sigit_susilo
28-01-2008, 15:58
Baca postingnya bung Louis, sangat menarik. Ini dia pengalaman menarik yang mungkin kita dapat ambil. Terus terang aku belum pernah dapet ikan tiluk itu, tapi kalo lele sungai (domestik) sering (dulu). Dan Lele ini juga memang mulai susah, kalopun dapat tidak sebanyak dulu.
Saya senang baca ulasan bung Louis, mengingatkan masa kecil yang sering bermain di sungai. Thanks sharing pengalamannya.

:cool:sigits bogor

javano
28-01-2008, 18:46
Iya, mas sigit. Kalau dipikir-pikir aku beruntung bisa menikmati masa kecil di kota kecil krn orangtua pindah tugas. Kalau pengalaman mancing, malah dari sebelum sekolah. Mancing wader kepek (di sumatra disebut ikan tanah), gak usah lama2 pulang dah dapat banyak. Sekarang? Liat sungai kecilnya udah agak mengering, ikan wader dan seluang hampir tak ada. Sedih. :(

Aku mau njelasin poin enam dalam keteranganku soal mancing tiluk, mungkin kurang jelas. Di situ tertulis:

6. Di bagian ujung lidi yg mengecil (bagian atas) kita ikatkan pita atau plastik atau robekan kain memanjang agar pancing mudah ditemukan lagi saat digunakan.

Maksudnya, jika ujung lidi pancing ada penandanya, saat kita meletakkan pancing di tepian sungai yg berumput, pancing tetap akan kentara. Masalahnya, lidi enau kan berwarna hijau, jika kita tidak beri penanda akan agak sulit membedakannya dengan rerumputan air yang juga hijau.

mas chandra,
Iya, aku pernah baca tentang ikan kancra, tp tawes sekarang bukannya sudah bisa dibudidayakan? Kalau LIKA aku baru dengar. Bener, mas, ikan-ikan yang perkembangannya lambat akan paling cepat menjadi langka dan akhirnya ilang dari peredaran.
Kalau ada WARGA/TETUA membolehkan mencari ikan dengan racun, apa pantas kita tetua? Harus tetua itu bijak. Apa kita perlu belajar pada Orang Rimba? Kita menganggap mereka kurang beradab, nyatanya mereka bijak dalam memanfaatkan sumber daya alam.
Sangat ngeri membayangkan jumlah potassium cyanida yg diperjualbelikan. Orang masih banyak yg aji mumpung tanpa memikirkan dampaknya. Dan mereka yang mendukung penjualan ilegal ini juga peredarannya moga2 cepat sadar. Semoga.

Mas plojo,
Dulu ikan betok banyak sekali di sungai dekat pantai glagah. Bisa dapat sebanyak-banyaknya kalau mau mancing. Lumayan juga tarikannya, dibandingkan wader, :). Sekarang? hehe, entah kemana. Yang banyak malah keting.

Jelas, aku akui mancing di habitat aslinya jauh lbh menantang dan boleh dikata BENER-BENER MANCING! Malah ada temen yg gak mau sama sekali mancing di kolam atau empang. Sukanya turut (menyusuri) kali dan menjelajah entah ke mana. Kepuasannya jauh lebih besar. Tp karena mancing cara itu utk tempat2 tertentu gak mungkin, ya yang penting MANCING-lah walau di empang atau tambak :)

Salam FF untuk semua