PDA

View Full Version : Ekspedisi pencarian bibit tombro dan hampala di Sungai Progo (GAME OVER)



hampala
08-08-2007, 07:45
Ekspedisi pencarian bibit tombro dan hampala di Sungai Progo

Karena sudah mempunyai tempat untuk menaruh bibit-bibit ikan (kolam). Akhirnya setelah tanya kanan-kiri akhirnya dapat deh seorang tukang jala yang sanggup ngejala`in di sepanjang Kali Progo.
Lokasi di bawah jembatan Progo Borobudur jadi cukup ramai sebenarnya tapi buat parkir mobil ok sekali karena jalannya tidak terlalu jauh. Dengar cerita2 si tukang jala sangat senang karena dia bilang sekali lempar pasti paling enggak ada 10 ekor bibit ikan2 itu. Dia bawa jala 1 inchi jadi paling enggak ikan seukuran 2 jari`an yg bisa kena jaring jadi cukup kuat lah untuk masuk ke kolam dan adaptasinya juga gak terlalu sukar.
Sambil bawa plastik2 yang dikasih oksigen siapa tahu dapat ikan banyak jadi sekali dapat langsung masuk plastik dan dikasih oksigen.
Tapi apa lacur udah puluhan kali sang tukang jala nglemparin jalanya di berbagai tempat tidak ada satu ekor pun ikan yg nyangkut. Sekali lagi 1 ekor pun tidak ada. Padahal itu biasa si tukang jala nyari ikan lho.. Selidik punya selidik kemaren baru ditebarin racun karena air sungai sudah mengecil... waaaaa sial bener.. ikannya abis tuntas dah.. dijala aja kagak dapat apalagi dipancing yah ?? sudah separah ini kah sungai2 kita ??
Padahal dari lokasi keliatan banget itu adalah spot2 favorit buat hampala dan tombro.
Ngobrol2 ama penduduk juga 3-4 tahun yang lalu masih sering dijumpai hampala2 pada nyerbu ikan2 kecil di pinggiran. Sekarang udah punah semua. Tidak ada pernah sekalipun nampak.
Mungkin foto2 bisa mewakili kemasgulan saya. Lokasi yg begitu bagus tidak ada ikannya.. sedih deh..

Foto panorama landskap kali Progo.. 2-3 tahun yang lalu di tepian sungai banyak bener hampala nyambar2 ikan kecil..
http://i140.photobucket.com/albums/r18/PopeRio/Lain-lain/Kali%20Progo/new-51.jpg

Ayo ganyang tukang racun dan tukang setrum...

reta
08-08-2007, 07:57
wah... sayang skali ya, padahal spotnya bagus bgt tuh. pemancangannya juga OK... tapi sayang ikannya udah di racun, dasar para pakusu:smt013:smt013

hampala
08-08-2007, 08:20
Foto2 lain tukang jala...

hampala
08-08-2007, 08:28
Ini video tukang jalanya.. udah prof.. lemparnya bisa lebar banget...


http://i140.photobucket.com/albums/r18/PopeRio/Lain-lain/Kali%20Progo/th_DSCN7554.jpg (http://s140.photobucket.com/albums/r18/PopeRio/Lain-lain/Kali%20Progo/?action=view&current=DSCN7554.flv)

maztrie
08-08-2007, 09:06
wah padahal tempatnya asik banget tu...sayang lagi2 racun..

Pak Djupri
08-08-2007, 09:20
Ekspedisi pencarian bibit tombro dan hampala di Sungai Progo

Karena sudah mempunyai tempat untuk menaruh bibit-bibit ikan (kolam). Akhirnya setelah tanya kanan-kiri akhirnya dapat deh seorang tukang jala yang sanggup ngejala`in di sepanjang Kali Progo.
Lokasi di bawah jembatan Progo Borobudur jadi cukup ramai sebenarnya tapi buat parkir mobil ok sekali karena jalannya tidak terlalu jauh. Dengar cerita2 si tukang jala sangat senang karena dia bilang sekali lempar pasti paling enggak ada 10 ekor bibit ikan2 itu. Dia bawa jala 1 inchi jadi paling enggak ikan seukuran 2 jari`an yg bisa kena jaring jadi cukup kuat lah untuk masuk ke kolam dan adaptasinya juga gak terlalu sukar.
Sambil bawa plastik2 yang dikasih oksigen siapa tahu dapat ikan banyak jadi sekali dapat langsung masuk plastik dan dikasih oksigen.
Tapi apa lacur udah puluhan kali sang tukang jala nglemparin jalanya di berbagai tempat tidak ada satu ekor pun ikan yg nyangkut. Sekali lagi 1 ekor pun tidak ada. Padahal itu biasa si tukang jala nyari ikan lho.. Selidik punya selidik kemaren baru ditebarin racun karena air sungai sudah mengecil... waaaaa sial bener.. ikannya abis tuntas dah.. dijala aja kagak dapat apalagi dipancing yah ?? sudah separah ini kah sungai2 kita ??
Padahal dari lokasi keliatan banget itu adalah spot2 favorit buat hampala dan tombro.
Ngobrol2 ama penduduk juga 3-4 tahun yang lalu masih sering dijumpai hampala2 pada nyerbu ikan2 kecil di pinggiran. Sekarang udah punah semua. Tidak ada pernah sekalipun nampak.
Mungkin foto2 bisa mewakili kemasgulan saya. Lokasi yg begitu bagus tidak ada ikannya.. sedih deh..

Foto panorama landskap kali Progo.. 2-3 tahun yang lalu di tepian sungai banyak bener hampala nyambar2 ikan kecil..
http://i140.photobucket.com/albums/r18/PopeRio/Lain-lain/Kali%20Progo/new-51.jpg

Ayo ganyang tukang racun dan tukang setrum...

Pekerjaan yang sangat berat. Harus mulai dari pihak yang berwenang.
Sampai saat ini masalah kerusakan lingkungan tidak pernah diperhatikan.
Merusak lingkungan seolah-olah legal saja.
Ada yindakan kalau mendapat sorotan dari pejabat, atau media massa teriak2.
Tapi cuma sebentar saja ( hangat-hangat tahi ayam).
Lihat saja hasilnya: tanah longsor hutan gundul, kekeringan saat musim kemarau. Kalau dibilang bangsa yang suka menjarah ngamuk.
Memang pola pikir dan mental kita harus diperbaiki.
Panutan juga hampir ngga ada.

wiraseta
08-08-2007, 09:20
setiap hari saya cuman bisa bertanya :confused::confused::confused: kapan ya masyarakat kita berhenti merusak alam...apa mereka nggak sadar dari alamlah yang menghidupi kita selama ini....apa mereka nggak pernah kapok sama bencana alam akibat ulah mereka sendiri :confused::confused::confused:

iwan rambe
08-08-2007, 09:38
sayang ya mas soni, ikan2 disungai pada di racun , dia ngak pikir untuk kedepannya mungin anak cucu kita hanya bisa dengar dongeng tentang sungai kita yang aneka macam ikannya dan hanya bisa li9hat lewat gambar2 saja , sedih aku lihat orang2 tamak nangkap ikan diracun.

johnbudi
08-08-2007, 10:43
Foto panorama landskap kali Progo.. 2-3 tahun yang lalu di tepian sungai banyak bener hampala nyambar2 ikan kecil..
http://i140.photobucket.com/albums/r18/PopeRio/Lain-lain/Kali%20Progo/new-51.jpg

Ayo ganyang tukang racun dan tukang setrum...

huebat deh mas Soni sekarang,
udah pake photos stiching .. hehehhe

Pak Djupri
08-08-2007, 13:41
setiap hari saya cuman bisa bertanya :confused::confused::confused: kapan ya masyarakat kita berhenti merusak alam...apa mereka nggak sadar dari alamlah yang menghidupi kita selama ini....apa mereka nggak pernah kapok sama bencana alam akibat ulah mereka sendiri :confused::confused::confused:

Ya itulah realita, yang sempat mikir cuma Bli Wira. Yang berwenang dan bertanggung jawab sudah ngga sempat (ngga mau) mikir lagi. Apalagi yang sekedar bertahan hidup. GAWAA...AATTT.

cool_tanto86
08-08-2007, 15:21
Memang yang paling penting adalah pemahaman masyarakat itu sendiri tentang pentingnya menjaga ekosistem. Seringkali kita lihat di siaran televisi mengenai kegiatan liburan anak-anak sekolah maupun warga selama musim kemarau adalah menangkap ikan di sungai, namun seringkali juga ditayangkan bahwa cara mereka menangkap ikan adalah dengan menggunakan racun. Walaupun racun yg digunakan berasal dari tumbuhan tetap saja efeknya tidak baik. Hal ini merupakan suatu hal yang sangat memprihatinkan sekali... Om Soni jadi gimana nih? ada ide untuk ganyang para tukang racun dan tukang setrum?? Kalau ada kita pake cara seperti apa nih biar efektif?

aryanto
08-08-2007, 15:55
Orang Indonesia tuh kalo belum kejadian nggak pernah kapok.
Tapi ya itu.. yang satu kapok, yang lain belum kapok.
Inget-inget kejadian tahun 80an waktu saya masih getol-getolnya cari gabus + betok di Jogja - Kutuarjo - Kebumen.
Lagi enak2 mancing eh... tiba-tiba bebek pada mentas semua, gak lama sungai kelihatan berminyak dan ikan2 kecil teler semua. Ternyata diracun di hulu sungai.. Kejadian ini saya alami berkali-kali.
Tapi ya tidak ada yang bisa saya lakukan...
Pernah saya nemuin peracun itu... saya bilangin baik-baik malah nantang berantem. Meskipun saya Dan Satu, mereka Dan Kawan-Kawan ya saya nyerah aja deh... Lapor Polisi...huuu... boro-boro ditanggapi...

Paling bagus adalah mengerahkan swadaya masyarakat.
Caranya.. suruh mereka ramai-ramai bikin keramba di sungai.
Dijamin, racun dan setrum akan berkurang. Daripada mati digebukin orang sekampung hehe...

Atau, cemplungin aja sekalian potas banyak2 di sungai.
Kalo sampai bebek, kerbau, ayam, atau manusianya pada mati kan baru kapok...

Saya salut terhadap beberapa tradisi masyarakat yang sampai saat ini masih berjalan.
Di Jambi misalnya, ada tradisi "Lubuk Larangan". Di suatu desa biasanya punya wilayah sungai tertentu yang tidak boleh dijamah. Dipancing, jaring, apalagi racun atau setrum, apapun kegiatannya pokoknya DILARANG.
Menjelang lebaran, ramai-ramai penduduk setempat menjaring ikan di lokasi itu. Biasanya mereka dapat ikan berbagai jenis sampai lebih dari 1 ton dan dibagi-bagikan ke masyarakat desa untuk keperluan menjelang lebaran.
Sisanya hanya boleh dipancing, dan hanya diberi waktu hingga 1 minggu setelah panen.
Setelah itu.. segala macam exploitasi dilarang kembali. Andaikata di semua wilayah di Indonesia bisa seperti itu... andaikata....

salam
ary







Pekerjaan yang sangat berat. Harus mulai dari pihak yang berwenang.
Sampai saat ini masalah kerusakan lingkungan tidak pernah diperhatikan.
Merusak lingkungan seolah-olah legal saja.
Ada yindakan kalau mendapat sorotan dari pejabat, atau media massa teriak2.
Tapi cuma sebentar saja ( hangat-hangat tahi ayam).
Lihat saja hasilnya: tanah longsor hutan gundul, kekeringan saat musim kemarau. Kalau dibilang bangsa yang suka menjarah ngamuk.
Memang pola pikir dan mental kita harus diperbaiki.
Panutan juga hampir ngga ada.

wiraseta
08-08-2007, 19:37
Ya itulah realita, yang sempat mikir cuma Bli Wira. Yang berwenang dan bertanggung jawab sudah ngga sempat (ngga mau) mikir lagi. Apalagi yang sekedar bertahan hidup. GAWAA...AATTT.
kalo setengah saja dari 220 juta penduduk ini mengiikuti paham seperti pak djupri yang sadar akan betapa pentingnya menjaga kondisi alam sekitar kita saya yakin generasi kita masih bisa menikmati kekayaan hewani dan nabati alam indonesia :smt023

Pak Djupri
08-08-2007, 19:38
Memang yang paling penting adalah pemahaman masyarakat itu sendiri tentang pentingnya menjaga ekosistem. Seringkali kita lihat di siaran televisi mengenai kegiatan liburan anak-anak sekolah maupun warga selama musim kemarau adalah menangkap ikan di sungai, namun seringkali juga ditayangkan bahwa cara mereka menangkap ikan adalah dengan menggunakan racun. Walaupun racun yg digunakan berasal dari tumbuhan tetap saja efeknya tidak baik. Hal ini merupakan suatu hal yang sangat memprihatinkan sekali... Om Soni jadi gimana nih? ada ide untuk ganyang para tukang racun dan tukang setrum?? Kalau ada kita pake cara seperti apa nih biar efektif?

Satu langkah sudah dimulai mas Soni, mari anggota FF menambah langkah berikutnya.
Dengan mencari benih, memberikan peluang pencari ikan untuk mendapat penghasilan.
Saya yakin mas Soni membayar dengan nilai yang lebih besar untuk ikan dalam keadaan hidup.
Tinggal penjalanya ngerti ngga ya kalau tidak di jelaskan?
Memang yang paling efektif kalau ada tindakan juga dari pemerintah (pihak yang berwenang).
Masalah yang paling mendasar memang pada kesadaran masyarakatnya.

Pak Djupri
08-08-2007, 19:47
kalo setengah saja dari 220 juta penduduk ini mengiikuti paham seperti pak djupri yang sadar akan betapa pentingnya menjaga kondisi alam sekitar kita saya yakin generasi kita masih bisa menikmati kekayaan hewani dan nabati alam indonesia :smt023


Ya itu susahnya, dari sekian banyak yang hoby mancingpun mungkin masih banyak yang mengambil banyak, bukan mengambil seperlunya.
Apalagi yang komersial, pasti punya aji mumpung.
Hutan Kalimantan saja sudah banyak yang gundul.
Pintarnya orang Malaysia ya. Hutan kita gundul, mereka menikmati kayunya. Dikirimi asap teriak-teriak. Kalau kayu, dikawal segala, ha3.
Yang kasihan peladang berpindah, dijadikan kambing hitam.
Secara logika juga sudah aneh.
Mereka sudah sekian lama menyatu dengan alam, hidup dari alam masak mau merusak rumah (tempat hidup) sendiri?

wiraseta
08-08-2007, 19:54
Ya itu susahnya, dari sekian banyak yang hoby mancingpun mungkin masih banyak yang mengambil banyak, bukan mengambil seperlunya.
Apalagi yang komersial, pasti punya aji mumpung.
Hutan Kalimantan saja sudah banyak yang gundul.
Pintarnya orang Malaysia ya. Hutan kita gundul, mereka menikmati kayunya. Dikirimi asap teriak-teriak. Kalau kayu, dikawal segala, ha3.
Yang kasihan peladang berpindah, dijadikan kambing hitam.
Secara logika juga sudah aneh.
Mereka sudah sekian lama menyatu dengan alam, hidup dari alam masak mau merusak rumah (tempat hidup) sendiri?
saya setuju dengan pendapat bapak...bagaimana kalo dimulai dengan mendorong pemerintah menggalakkan iklan layanan masyarakat yang mendidik di sela-sela hingar bingarnya sinetron yang tidak jelas misinya....seperti iklan bagaimana banjir bisa terjadi akibat penggundulan hutan dan iklan-iklan mendidik lainnya...:cool:

Pak Djupri
08-08-2007, 20:00
saya setuju dengan pendapat bapak...bagaimana kalo dimulai dengan mendorong pemerintah menggalakkan iklan layanan masyarakat yang mendidik di sela-sela hingar bingarnya sinetron yang tidak jelas misinya....seperti iklan bagaimana banjir bisa terjadi akibat penggundulan hutan dan iklan-iklan mendidik lainnya...:cool:

Mau ngga ya pemerintahnya. Sebetulnya kalau pemerintah mau tinggal dibuat peraturan masing2 TV harus membuat dan atau menyiarkan iklan tsb.
Cuma ya itu lagi2, disini ngga ada pendidikan lagi yang ada cuma pengajaran.

cool_tanto86
08-08-2007, 20:08
Kita bersusah payah juga hasilnya belum tentu jelas bisa melindungi alam. Yang pertama harus mengarahkan mind-set masyarakat untuk lebih melindungi alam (termasuk isinya), tapi inilah yang paling sulit. Kalau kita berharap pemerintah mengambil tindakan tegas dengan membuat peraturan yang memiliki kekuatan hukum rasanya juga tidak akan terlalu efektif, karena peraturan tanpa ada pengawasan yang ketat rasanya tetap akan percuma saja di Indonesia. Sekarang permasalahannya adalah bagaimanakah cara untuk dapat mengubah mind-set dari masyarakatnya sendiri.

wiraseta
08-08-2007, 20:10
Mau ngga ya pemerintahnya. Sebetulnya kalau pemerintah mau tinggal dibuat peraturan masing2 TV harus membuat dan atau menyiarkan iklan tsb.
Cuma ya itu lagi2, disini ngga ada pendidikan lagi yang ada cuma pengajaran.
inget nggak waktu bencana tsunami aceh...harusnya pemerintah segera membuat iklan layanan masyarakat mengenai tanda-tanda bencana tersebut agar jika terjadi lagi tidak banyak korban yang jatuh...tapi mana hasilnya :confused::confused::confused: yang ada malah pelatihan berlari-lari dan yang ngikut banyak nggak ngerti maksudnya,cuman diberitahu jika ada sirine lari sejauh-jauhnya...tidak dijelaskan bagaimana bisa terjadi tsunami terus bagaimana cara mengamati prosesnya...

Pak Djupri
08-08-2007, 20:18
Kita bersusah payah juga hasilnya belum tentu jelas bisa melindungi alam. Yang pertama harus mengarahkan mind-set masyarakat untuk lebih melindungi alam (termasuk isinya), tapi inilah yang paling sulit. Kalau kita berharap pemerintah mengambil tindakan tegas dengan membuat peraturan yang memiliki kekuatan hukum rasanya juga tidak akan terlalu efektif, karena peraturan tanpa ada pengawasan yang ketat rasanya tetap akan percuma saja di Indonesia. Sekarang permasalahannya adalah bagaimanakah cara untuk dapat mengubah mind-set dari masyarakatnya sendiri.

Pemerintahnya harus di desak, jangan berharap. Spt green peace yang selalu teriak-teriak masalah lingkungan.
Sebetulnya kalau mau berharap dari anggota FF. Kita bisa mengharap laporan kerusakan lingkungannya pada saat trip.
Tinggal masalah ini disalurkannya ke mana ya?
Mediamasa, atau organisasi lingkungan hidup atau apa saja pokokny biar nyampe ke pemerintah.
Kalau sampai produk kita di embargo karena di cap merusak lingkungan baru kelimpungan.
Persis seperti saat Garuda di banned UE.

Pak Djupri
08-08-2007, 20:22
inget nggak waktu bencana tsunami aceh...harusnya pemerintah segera membuat iklan layanan masyarakat mengenai tanda-tanda bencana tersebut agar jika terjadi lagi tidak banyak korban yang jatuh...tapi mana hasilnya :confused::confused::confused: yang ada malah pelatihan berlari-lari dan yang ngikut banyak nggak ngerti maksudnya,cuman diberitahu jika ada sirine lari sejauh-jauhnya...tidak dijelaskan bagaimana bisa terjadi tsunami terus bagaimana cara mengamati prosesnya...

Ha3, memang ilmunya baru nyampe segitu mau gimana lagi?
Biar sudah kelihatan kerja ya sudah cari yang gampang saja, ntar dengan berlalunya waktu sudah pada lupa.
Pengaliran dana sudah ada, sudah ikut kebagian, mau apalagi?
Kalau rakyatnya pintar2 ya susah kebagiannya, ha3.

hampala
22-08-2007, 07:00
Orang Indonesia tuh kalo belum kejadian nggak pernah kapok.
Tapi ya itu.. yang satu kapok, yang lain belum kapok.
Inget-inget kejadian tahun 80an waktu saya masih getol-getolnya cari gabus + betok di Jogja - Kutuarjo - Kebumen.
Lagi enak2 mancing eh... tiba-tiba bebek pada mentas semua, gak lama sungai kelihatan berminyak dan ikan2 kecil teler semua. Ternyata diracun di hulu sungai.. Kejadian ini saya alami berkali-kali.
Tapi ya tidak ada yang bisa saya lakukan...
Pernah saya nemuin peracun itu... saya bilangin baik-baik malah nantang berantem. Meskipun saya Dan Satu, mereka Dan Kawan-Kawan ya saya nyerah aja deh... Lapor Polisi...huuu... boro-boro ditanggapi...

Paling bagus adalah mengerahkan swadaya masyarakat.
Caranya.. suruh mereka ramai-ramai bikin keramba di sungai.
Dijamin, racun dan setrum akan berkurang. Daripada mati digebukin orang sekampung hehe...

Atau, cemplungin aja sekalian potas banyak2 di sungai.
Kalo sampai bebek, kerbau, ayam, atau manusianya pada mati kan baru kapok...

Saya salut terhadap beberapa tradisi masyarakat yang sampai saat ini masih berjalan.
Di Jambi misalnya, ada tradisi "Lubuk Larangan". Di suatu desa biasanya punya wilayah sungai tertentu yang tidak boleh dijamah. Dipancing, jaring, apalagi racun atau setrum, apapun kegiatannya pokoknya DILARANG.
Menjelang lebaran, ramai-ramai penduduk setempat menjaring ikan di lokasi itu. Biasanya mereka dapat ikan berbagai jenis sampai lebih dari 1 ton dan dibagi-bagikan ke masyarakat desa untuk keperluan menjelang lebaran.
Sisanya hanya boleh dipancing, dan hanya diberi waktu hingga 1 minggu setelah panen.
Setelah itu.. segala macam exploitasi dilarang kembali. Andaikata di semua wilayah di Indonesia bisa seperti itu... andaikata....

salam
ary


Mungkin pemberdayaan dengan masang karamba cukup bagus juga.. jadi masyarakat ikut menjaga.. atau denda buat kas desa itu juga bagus...