10 Attachment(s)
3 hari 2 malam di smr bersama km martabe
Spot: SMR
Waktu: 30 Mei - 1 Juni 2014
Peserta:1. Om Catur
2. Om Arif Badai
3. Om Ari (Pak Mentri)
4. Om Aji Pao
5. Om Indra
6. Om Jhon
7. Om Reza
8. Om Abe
9. Om Leonard
10. Om Agus
11. Ardian (saya sendiri)
Kapal: KM Martabe
Kapten: Fredy “Udin” Mercury”
Hasil: Baronang Jalu (2 - 5 kg), Tuna Gigi Anjing (2 - 6 kg), Salem (1 - 3kg),
Kurisi Cablak (3 - 6kg), Kakap Merah (0,5 - 2kg), Kurisi Ijo (1 - 2kg),
Wakung Item (0,5 - 2kg), dan ratusan ikan rame (ekor kuning, kerapu,
alu-alu, etc)
Trip ini bermula dari ajakan Om Catur untuk merasakan sensasi tarikan ikan-ikan besar di perairan Panaitan dan SMR. Saya sendiri terlibat dalam acara ini karena diajak oleh Om Arif Badai yang dipercaya untuk mengurus trip ini. Sempat terkendala di awal karena bookingan kapal yang dicancel mendadak, Alhamdulillah berkat bantuan Daeng Anto pengurus KM Martabe, kami bersebelas tetap dapat ngetrip sesuai jadwal yang ditetapkan.
KM Martabe bersandar di Labuan, tepatnya orang-orang biasa menyebutnya Dermaga Probo (yak benar, pemiliknya emang Probo Sutedjo adiknya Alm. Pak Harto itu loh...). Ini jelas memudahkan perjalanan darat kami. Keluar tol Anyer kita tinggal meneruskan laju kendaraan sekitar 1,5 - 2 jam (non stop) ke arah Labuan dengan jalan yang relatif mulus.
Kami berangkat dari rest area Balaraja Timur pada Kamis malam pukul 24.00 WIB dan tiba di Labuan pada pukul 02.30 WIB. Setibanya disana, Daeng Anto telah menunggu. Ngobrol-ngobrol sambil menunggu air tinggi (agar kapal dapat keluar dari dermaga), maka diputuskan KM Martabe langsung bablas ke SMR tanpa mampir ke Panaitan yang katanya hasil-hasil kemarin di sana kurang bagus. Tepat jam 4 pagi KM Martabe pun melepas sauh menuju SMR. Mengingat jarak tempuh selama 8 jam hingga tiba di SMR, maka kami bersebelas memilih “spot” masing-masing untuk bobo pules sambil beristirahat.
Hari Pertama
Jam 8 pagi, ABK menghidangkan nasi goreng di meja pada buritan kapal. Emang dasar nafsu makan lagi bagus-bagusnya... Tanpa dibangunkan pun tiba-tiba meja ukuran 1 x 1m tersebut telah rapat dengan teman-teman lainnya, hehehe... Setelah makan, karena memang kapal masih melaju menuju SMR, aktivitas pun kembali pada pilihan individu masing-masing. Saya sendiri asyik terlibat obrolan dengan Om Catur, Om Ari, dan Om Aji Pao tentang betapa luasnya negara kita tercintah inih. Satu langkah maju tentunya, karena biasanya yang saya omongin itu soal cabe-cabean... Ahahahaha...!
Matahari tepat di atas-ubun ketika kapal tiba di SMR. Saat itu juga ABK KM Martabe telah siap disamping kami dengan potongan tongkol segar agar hajatan utama segera digelar. Dengan mengucap Bismillah saking takjubnya bisa merasakan perairan SMR, saya melempar umpan dasaran dengan perasaan riang. Tidak perlu lama-lama, karena joran saya melengkung dibetot dari bawah yang langsung saya respon dengan satu gentakan, “Hup..strikkkeeeeeeee....!!!!”, teriak saya. Perlawanan berlangsung singkat. Baronang Jalu ukuran 3 kiloan terlihat pasrah diujung kail saya. Memang tidak besar, namun kedalaman air sedalam 120m ditambah ukuran timah J11, cukup membuat nafas saya terasa sedikit lebih berat (bikin malu).
Tidak lama kemudian, “Strikeeeeeee.....!!!!”, teriak angler yang berada di sisi kapal. Kemudian disusul lagi dengan teriakan, “Strikkeeee...!!!”, oleh angler yang berada di dekat saya. “Strikkeeee...!!!”, begitu juga teriakan angler dan ABK yang berada di haluan kapal. Aaahh... rupanya parade strike telah dimulai. Ikan yang naik cukup beragam, walaupun Baronang Jalu menjadi ikan paling populer saat itu. Dalam waktu singkat, keranjang kapal berwarna biru (yang biasa digunakan oleh ABK untuk mengumpulkan ikan sebelum dimasukan ke ice box) telah penuh. Jam 4 sore ikan mulai berkurang, walaupun tetap saja masih ada yang nyangkut. Jam 5 sore terdengar kabar gembira dari sisi kapal, “Strikkeeeeeee....!!!”, rupanya Om Jhon lagi gemes2an sama ikan di bawah sana. Tariiiikk...betoooottt, kadang sedikit digantung (apa sih, ahahaha...), perlahan lawan di bawah sana mulai terlihat. Rupanya kurisi cablak ukuran 6 kilo berhasil disanding olehnya. Om Arif Badai, Om Catur, saya dan pemancing lainnya juga turut merasakan tarikan kurisi cablak. Walaupun yang terbesar tetap milik Om Jhon. Selamat ya om..
Matahari bergulir berganti peran dengan bulan. Dan malam itu, setelah menampilkan Om Jhon sebagai man of the match pada sore hari tadi, KM Martabe memiliki bintang baru. Pak Mentri yang terlihat khusuk dengan jorannya, tiba-tiba terlihat bergulat keras dengan sesuatu di bawah sana. Beliau ini mengaku biasa mancing ikan-ikan ukuran unyu di Bintan, terlihat sedikit kaget dengan perlawanan ikan SMR. Melihat Beliau yang mulai kepayahan, kami kompakan memberikan semangat agar dapat memenangkan pertarungan. “Pompa om... Tahaaaan....gulung om....!!!”, teriak kami semangat. Ketika ikan mulai terlihat dan ganco ABK telah menancap sempurna, kami berteriak berbarengan karena malam itu seekor Tuna Gigi Anjing atau Dogtooth yang terkenal dengan daya fightnya berhasil dikanvaskan dengan sempurna ke kapal. Saya semangat, karena keGR an pasti sebentar lagi giliran saya nih kenalan sama dogtooth.
Ternyata, Om Arif Badai lah orang yang beruntung itu... Saya melihat dia nyengir-nyengir kesenangan setelah berhasil mengkanvaskan seekor dogtooth yang walaupun ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan miliknya Pak Mentri, tapi tarikannya bikin lemes ini. Seingat saya beberapa angler lainnya dan ABK juga ada yang mendapatkan dogtooth, terus giliran saya kapan nih....?!? Dari buritan kapal, Om Indra, Om Jhon dan juga lainnya terlihat khusuk dengan strike nya masing-masing. Malahan OM Reza terlihat strike kakap merah ukuran 2 kiloan. Huaaaahhh...saya mengantuk dan memutuskan untuk beristirahat walaupun dogtooth belum di dapat. Sementara saya tidur, beberapa angler masih sibuk dengan jorannya masing-masing. Maaf ya guys... Untuk masa ini saya ga bisa menceritakan apa yang terjadi antara kalian, ikan, dan ABK... (loh kok ABK...hahaha...!!)
Hari Kedua
Kami memulai hari ini kembali dengan sarapan nasi goreng dan harapan mengulang sukses perolehan hari pertama. Pagi ini di SMR sedikit dibuat melow oleh lengkungan samar garis pelangi yang seolah membingkai cakrawala. Sambil cari posisi enak, saya meminta ABK untuk memasangkan umpan potongan tongkol. Agak senyap memang, namun tetap ada hasilnya. Ikan Baronang Jalu kembali menjadi tamu pertama yang menyapa kami.
Angler lainnya juga merasakan sensasi tarikan ikan. Cuma karena memang ukuran dan frekuensi yang tidak semeriah kemarin, hari ini lebih dominan ABK yang bekerja. Sementara kami lebih banyak ngobrol sambil sesekali menengok ke sisi joran yang ditancap di rod holder. Kesunyian itu tetap berlanjut hingga petang hari.
Selepas Maghrib, saya dan OM Arif memilih sisi kapal untuk memancing, karena umpan lama disenggol, saya dan Om Arif menaruh joran di rod holder. Karena ikan masih malu-malu, Om Arif memilih pindah ke sisi kapal satunya, bergabung dengan ABK untuk ngejig ataupun cast jig. Sementara saya masih memilih nemenin joran yang anteng. Tiba-tiba, nyyuuuuuuutt...., joran om arif melengkung tajam. Kapten Fredy “Udin” Mercury yang berada di haluan kapal juga melihat hal tersebut. “Pak...ikan tuh paaak...”, teriaknya pada saya... Ga mau ambil risiko kehilangan ikan, saya langsung meraih joran Om Arif. Gentak.., gulung..,gentak lagi.. “Strikkeeeeeeeee....!!”, teriak saya. Mulailah terjadi betot-betotan dengan ikan... “Keeep...gimbal dooong...”, teriak saya pada kapten. Hosh...hosh... Ikan apaan yah ini...kaki saya gemeter, pinggang mo copot, biji pun rasanya ikut melejit... Saya pompaaa...guluuung..tapi malahan banyakan benang yang keluar dari spool...!! “Ayo ian...masa lo kalah...!”, rupanya Om Arif telah berdiri di samping saya. “Test aja tuh joran..., gua mau tau joran seharga (sebut harga) actionnya cakep apa nggak...”, tambahnya kalem. Nah saya yang mendengar haga joran yang WOW tersebut bukannya tambah PD malahan semakin ciut. “Duuuh gustiii... Kalo nih ikan lepas...apakata Ibu Ani SBY yaaa... (laaah...ngapain juga Ibu Ani di bawa-bawa, wkwkwkw). Belum lagi kalo nih joran patah, gantinya pake apa gw....”, batin saya dalam hati. 15 menit kemudian, Alhamdulillah ikan berhasil diganco dengan sempurna oleh ABK. Whaaaaa...rupanya kuwe rambe 15 kiloan yang telah membuat nafas saya senin - kemis (tau dah nyampe jumat apa kagak). Klimaks...asli seneng banget...!! Saya memang pernah mendapatkan ikan yang lebih besar lagi, yaitu Jenghis Khan di Pemancingan Godong Ijo sebesar 32 kg. Namun sensasinya ternyata lebih terasa yang barusan saya alami.
Terangkatnya ikan kuwe barusan, ternyata menjadi akhir pengalaman saya memancing di SMR kali ini. Cuaca berubah menjadi tidak bersahabat. Gelombang dan angin yang cukup besar membuat keadaan menjadi tidak nyaman. Saya dan beberapa angler lainnya buru-buru menghabiskan makan malam daripada didahului oleh dia yang namanya tidak boleh disebut (hehehe, tau doooong...). Tunggu sampai jam 10 malam, cuaca semakin menjadi. Saya memilih beristirahat sambil pamitan tidur duluan ke beberapa angler yang masih cukup gigih mencoba bersahabat dengan alam.
“Jam 2 pagi nih Pak, ikan ga makanin..angin juga kenceng. Kita pulang aja apa.., soalnya perjalanan kan juga 8 jam”, tanya ABK pada Om Arif yang memang menjadi leader pada trip kali ini. Doi menganguk setuju. Dalam hati saya pun menyetujui keputusan tersebut. Mau apalagi, toh juga alam dan ikan sedang tidak bersahabat, belum lagi waktu tempuh yang cukup lama untuk sampai ke Labuan.
Tepat pukul 10 pagi, KM Martabe dengah gagah memasuki Dermaga Probo. Alhamdulillah Ya Allah... Kau memberikan pengalaman yang mengesankan dalam kegiatan memancing kali ini. Terima kasih buat Om Catur yang menjadi penggagas dan penanggung jawab trip kali ini. Terima kasih buat Om Arif dari Pandawa Fishing Club yang sudah mengajak saya. Terima kasih kepada Om-Om keren dari Mercy Tiger Club dan juga Sumarecon. Terakhir terima kasih kepada Kapten dan ABK atas pelayanan dan senda guraunya yang membuat trip kali ini menyenangkan dan berlangsung dengan aman hingga kembali pulang.
Catatan Kecil
Saya juga bingung kenapa kami ini menamakan diri “Mancing Rempong”, apa ga takut dibilang alay alih-alih dibilang angler? Hahahaha...!! Tapi ternyata dalam hal ini, nama hanyalah nama. Jika pun besok kami berganti nama menjadi misalnya, “Jawara Laut”, “Fish Hunter”, atau nama apapun, satu hal yang pasti bahwa persaudaraan sesama angler ataupun penghobi mancing akan tetap terjalin. Ini ceritaku...mana ceritamu... SALAM GENTAK...!!!