Wilayah Pengelolan Perikanan di Kawasan Timur Indonesia

Di kawasan timur Indonesia, puncak musim penangkapan ikan cakalang pada umumnya berkisar pada musim peralihan I (April, Mei, dan Juni) hingga awal musim timur. Di Maumere (NTT), puncak musim terjadi pada Februari dan November, yaitu akhir musim barat dan akhir musim peralihan II.

Kisaran bulan-bulan musim penangkapan ikan tuna dan cakalang dengan menggunakan alat tangkap rawai tuna sebagai berikut :

Perairan Selat Makassar bagian selatan (Maret-Juli)
Laut Flores (September-Maret)
Laut Banda (September- Maret)
Perairan Aru (September-Maret)
Laut Arafura (Agustus-Mei)
Laut Seram (Agustus-Maret)
Laut Maluku (Agustus-Maret)
Teluk Tomini (Oktober-April)
Perairan Laut Banda yang kedalamannya mencapai 10.000 m merupakan salah satu daerah penangkapan ikan tuna (terutama ikan tuna mata besar) di kawasan timur Indonesia. Musim penangkapan di perairan Laut Banda mencapai puncaknya pada bulan November.

Wilayah Pengelolaan Perikanan di Kawasan Barat Indonesia

Penyebaran ikan-ikan tuna di kawasan barat Indonesia terutama terdapat di Samudera Hindia. Di perairan ini terjadi percampuran antara perikana tuna lapisan dalam yang dieksploitasi dengan alat rawai tuna dengan perikana tuna permukaan yang dieksploitasi menggunakan alat tangkap pukat cincin, gillnet, tonda, dan payang.

Pemanfaatan sumberdaya ikan tuna secara umum dilakukan dengan menggunakan alat tangkap pancing tonda. Jenis ikan yang banyak tertangkap di wilayah ini adalah cakalang dan madidihang. Hasil analisis data produksi menyebutkan bahwa titik tertinggi terjadi pada bulan Oktober. Ini berarti, puncak musim penangkapan ikan pelagis besar dengan menggunakan alat tangkap tonda di perairan barat Sumatera terjadi pada bulan Oktober.

Di Bengkulu, jenis ikan tongkol dan tengiri cukup mendominasi produksi perikanan setempat. Musim penangkapan ikan tongkol di wilayah Bengkulu berlangsung antara bulan September sampai Januari dan puncaknya terjadi pada bulan November.

Data dan informasi musim penangkapan sumberdaya ikan pelagis besar untuk perairan Samudera Hindia di wilayah selatan Jawa dan Nusa Tenggara diperoleh dari basis penangkapan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu (Jawa Barat), Pelabuhan Perikanan Nusantara Cilacap (Jawa Tengah), dan Pelabuhan Benoa (Bali).

Ikan pelagis besar yang tertangkap di Pelabuhanratu didominasi oleh ikan cakalang dan tongkol yang banyak tertangkap oleh alat tangkap jaring insang hanyut. Berdasarkan data yang diperoleh, diduga bahwa musim penangkapan ikan cakalang dan tongkol di wilayah perairan selatan Jawa berlangsung antara Juni sampai Oktober dan puncaknya terjadi pada Agustus-September.

Di Bali, alat tangkap utama yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar yang berpangkalan di Benoa adalah rawai tuna. Namun, masih ada alat lain yang digunakan dalam pemanfataan sumberdaya ikan pelagis besar yaitu pancing tonda yang dioperasikan dengan perahu jukung dan diberi motor tempel dengan kekuatan 12 PK.

Ikan tuna sirip biru adalah jenis ikan tuna yang punya nilai paling tinggi. Perairan Samudera Hindia di sebelah selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara merupakan daerah pemijahan dari jenis tuna ini. Ikan biasanya bermigrasi ke perairan selatan Jawa dan Bali, dan umumnya nelayan menangkap ketika berada dalam kondisi memijah pada November dan Januari. Tingginya nilai tuna sirip biru menyebabkan ikan ini menjadi target penangkapan terutama oleh armada Jepang, Taiwan, Korea, Selandia Baru,dan Australia.

Disarikan dari *Balai Riset Penangkapan Laut - BRKP